Jumat, 15 Januari 2010

pengertian BBLR


PENGERTIAN
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, terjadi gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ yang dapat menimbulkan kematian.

2. ETIOLOGI

a. Berkaitan dengan bayi baru lahir kurang bulan
- Toxemia Gravidarum.
- Penyakit sistemik akut pada ibu (pneumonia, pyelonefritis, typus, appendiksi-
tis akut).
- Kehamilan kembar
- Tidak diketahui penyebabnya (50 %)
b. Berkaitan dengan bayi KMK (Kecil Masa Kehamilan), ibu dengan :
- Diabetes Melitus
- Hipertensi
- Pre Eklamsia
- Infeksi
- Malnutrisi
- Obat-obatan
3. PEMBAGIAN BBLR
a. Bayi kurang bulan murni (Prematur)
- Lahir masa gestasi kurang dari 37 minggu
- Berat bdan sesuai dengan berat badan masa gestasi
- Imaturitas sistem organ
b. Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK)
- Berat badan tidak sesuai masa gestasi

BBLR

A. Judul Program

Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Di Daerah rawan pangan di Kab Lumajang Jawa Timur.

B. Latar Belakang Masalah

Melahirkan seorang bayi merupakan suatu anugerah bagi sebuah keluarga. Karena itu menunjukkan bahwa mereka dapat mendapatkan keturunan yang sangat diharapkan dalam sebuah keluarga dan yang mereka harapkan adalah melahirkan bayi yang sehat. Salah satu faktor melahirkan bayi yang sehat adalah dengan cara mengkonsumsi makanan yang bergizi yang dibutuhkan oleh tubuh pada ibu hamil untuk menjaga kehamilannya tersebut. Soetjiningsih (1995) mengatakan bahwa gizi ibu yang baik diperlukan agar pertumbuhan janin berjalan pesat dan tidak mengalami hambatan, dimulai dari sel telur yang dibuahi hingga menjadi janin didalam rahim. Karena tidak semua ibu hamil memperhatikan kebutuhan gizi yang diperlukan saat hamil karena kurangnya pengetahuan mereka tentang hal tersebut. Sehingga menyebabkan banyaknya angka kematian ibu hamil pada saat persalinan.
Dimulai dari konsepsi hingga melahirkan, ibu dan anak merupakan satu kesatuan yang erat dan tak terpisahkan. Kesehatan ibu, fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungannya. Agar bayi yang sehat dapat dilahirkan dalam dengan selamat, satu-satunya jalan yang dapat ditempuh hanyalah melalui pemeliharaan kesehatan ibu. Pengalaman dari beberapa generasi menunjukkan bahwa kerawanan dan ketergantungan janin pada ibu mengarah pada adanya kebutuhan dan perawatan khusus selama kehamilan.
Sejalan dengan kemajuan zaman, hasil kehamilan yang diharapkan tidak hanya bayi yang sekedar hidup, tetapi juga bayi yang sehat. Hal ini merupakan bukti peninggalan tanggung jawab sosial dan moral masyarakat. Bahwa gizi yang baik sangat berperan dalam proses yang efisien. Yang dapat dibuktikan dari hasil pengamatan waktu musibah, dalam keadaan demikian tidak datangnya haid pada wanita usia subur tidak jarang dijumpai. Dampak lain yang juga dapat di catat adalah meningkatnya angka lahir mati, angka kematian lahir dini, serta menurunnya berat lahir rata-rata (Aebi, H & R. G. Whitehead, 1980).
Kematian yang terjadi pada tahun pertama setelah kelahiran hidup disebut kematian bayi. Kematian bayi dan anak sampai umur lima tahun relatif sangat tinggi. Hal ini erat hubunganya dengan kemampuan orang tua dalam memberikan pemeliharaan dan perawatan pada anak-anaknya. Karena faktor sosial ekonomi berkaitan dengan kemampuan tersebut, maka kematian bayi dan anak sering kali digunakan sebagai indikator taraf kesehatan dan taraf sosio ekonomi penduduk (United Nation, 1973). Pengetahuan mereka mengenai makanan yang bergizi hanya berpatokan pada karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin saja. Sedangkan seperti zat besi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh pada saat persalinan jarang mereka perhatikan. Sehingga berdampak pada banyaknya kurang darah pada saat hamil dan berpengaruh pada bayi yang akan dilahirkannya.
Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi turun, sakit kepala, mudah terserang penyakit, mata berkunang-kunang. Selain itu wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir dan kuku penderita sangat pucat (Soetjiningsih, 1997). Kalau anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak nafas bahkan lemah jantung.
Selain kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan gizi kurang yang menyebabkan ibu hamil menderita anemia, juga disebabkan oleh status sosial ekonomi keluarga yang minim. Dimana seorang ibu hamil sangat membutuhkan suatu asupan gizi yang sangat banyak. Tetapi dengan keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan, maka ibu tersebut kurang mendapatkan gizi yang seharusnya sangat diperlukan untuk pertumbuhan janin, atau bisa juga mengakibatkan kematian pada ibu tersebut pada saat persalinan. Setyowati (2003) menyatakan bahwa berbagai gangguan akan dialami wanita hamil dan janinnya, jika Si ibu menderita anemia. Pengaruh kurang baik ini berlangsung selama kehamilan, saat persalinan atau selama memasuki masa nifas dan masa laktasi serta waktu selanjutnya.
Ibu hamil dengan penderita anemia kemungkinan akan melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) atau bisa jadi salah satu penyebab kematian ibu hamil di karenakan adanya pendarahan pada saat persalinan. Ariawan (2001) menuturkan bahwa anemia gizi pada kehamilan adalah kondisi ketika kadar hemoglobin lebih rendah dari pada normal karena kekurangan satu atau lebih nutrisi esensial.
Perbaikan gizi dan kesehatan pada ibu-ibu penderita sudah banyak dilakukan di Negara maju. Hal ini dapat terlihat dalam bertambahnya tinggi badan (TB) dan berat badan (BB) ibu hamil. Dibandingkan dengan di Negara berkembang, yang mana perbaikan gizi dan kesehatan yang dilakukan masih minim sekali, keadaan tersebut dapat mempengaruhi berat lahir yang berbeda secara bermakna.

NO BBLR Negara Maju (%) Negara Berkembang (%)
1 prematur 3,3 6,7
2 KMK /dismatur 2,6 17,0
Sumber : Villar 1982, dikutip dari Gould JB 1986.

Dengan demikian diperlukan suatu tinjauan tentang banyaknya ibu hamil yang menderita anemia yang mana dapat berpengaruh terhadap banyaknya angka kelahiran berat bayi lahir rendah. Sehingga dapat mempermudah dalam pemberian perbaikan gizi dan kesehatan pada ibu hamil, khususnya bagi penderita anemia. Sehingga akan dapat mengurangi banyaknya angka kematian yang terjadi, baik pada ibu yang melahirkan atau pada bayi yang di lahirkan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu :
1. Berapa rata-rata ibu hamil penderita anemia dan bayi berat badan lahir rendah di rumah sakit daerah Lumajang ?
2. Adakah pengaruh ibu hamil penderita anemia terhadap bayi berat badan lahir rendah ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui rata-rata ibu hamil penderita anemia dan bayi berat badan lahir rendah di rumah sakit daerah Lumajanag
2. Mengetahui adanya pengaruh ibu hamil penderita anemia terhadap bayi berat badan lahir rendah

E. Luaran yang di Harapkan

1. Ingin menghasilkan sebuah data tentang ibu hamil penderita anemia dan bayi berat badan lahir rendah di rumah sakit daerah Lumajang.
2. Ingin menghasilkan sebuah artikel tentang pengaruh ibu hamil penderita anemia terhadap bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr. Haryoto Lumajang

F. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah :
1. RS Daerah Lumajang
Sebagai bahan informasi terhadap pelayanan kesehatan, khususnya kepada ibu hamil yang menderita anemia, dalam hal pemberian tablet penambah zat besi.
2. Dinas Kesehatan
Sebagai bahan informasi dinas terkait untuk melakukan suatu penyuluhan kesehatan pada ibu-ibu hamil, sehingga tidak meningkatkan angka kematian pada ibu hamil dan bayi yang akan dilahirkannya.
3. Masyarakat umum
sebagai suatu sarana untuk menambah pengetahuan tentang kesehatan, sehingga dapat menambah asupan gizi yang dibutuhkan pada saat kehamilan.

G. TINJAUAN PUSTAKA

1. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya, meskipun ada beberapa perbedaan pada obyek dan variabel yang diteliti.
Menurut WHO (1968), kejadian anemia hamil berkisar antara 20 persen sampai dengan 89 persen, dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Sehingga angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi.
Muhilai Djumadias A. N, (1979), juga mengemukakan bahwa sekitar 70 persen ibu hamil di Indonesia menderita anemia kekurangan gizi. Pada pengamatannya lebih lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat Indonesia adalah karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu di daerah pedesaan banyak di jumpai ibu hamil yang malnutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi yang rendah, serta banyaknya kehamilan dibawah usia 18 tahun atau kehamilan diatas usia 35 tahun ().
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dalam penelitiannya Iskandar (1998), mengemukakan, bahwa persentase ibu hamil yang menderita anemia sudah mengalami penurunan, yaitu dari 73,7 persen pada tahun 1986 menjadi 51,3 persen pada tahun 1995. namun dengan adanya krisis, diramalkan tingkat anemia ibu hamil akan meningkat pada tahun 1999 sampai dengan tahun-tahun berikutnya apabila tidak dilakukan adanya peningkatan gizi. Disamping itu, dalam penelitiannya yang lain yang dilakukan di jawa barat menunjukkan bahwa persentase tersebut akan terus meningkat karena banyaknya sistem penanganan kegawat daruratan di rumah sakit malah sering memeperburuk situasi. Sistem penanganan kegawat daruratan yang dimaksud adalah dalam persediaan tablet zat besi serta kurang lancarnya komunikasi antara petugas dengan pasien.
.
2. Landasan Teori

a. Anemia pada Kehamilan

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi dan asam folat dalam makanan ibu. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional, karena dapat mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, serta mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil biasanya disebut dengan “potential denger to mother and child” yaitu suatu potensial yang membahayakan ibu dan anak. Pada umumnya anemia pada ibu hamil disebabkan oleh berkurangnya cadangan zat besi yang sangat pesat dikarenakan kebutuhan janin akan zat besi sangat besar, juga karena bertambahnya volume darah pada plasma darah sehingga menurunkan Hb pada sel darah merah (Anonymous, 1984).
Menurut Kartaji, Sri, Kusin, I.A (1981) mengemukakan bahwa makanan yang banyak mengandung zat besi adalah sayuran berdaun hijau, sedangkan ikan dan buah-buahan dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Sedangkan untuk penambahan asam folat banyak terdapat pada makanan pokok dan umbi-umbian.
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari pada laki-laki karena terjadi menstruasi dengan pendarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai dengan 40 mgr. Disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka akan semakin banyak kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis. Sebagai gambaran berapa banyak zat besi pada setiap kehamilan, dibawah ini terdapat berbagai kebutuhan dari zat besi yang diperlukan.
Meningkatkan sel darah merah : 500 mgr
Terdapat dalam plasenta : 300 mgr
Terdapat dalam janin : 100 mgr
Jumlah : 900 mgr
Setelah persalinan dengan lahirnya dan perdarahan, ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900 mgr. Saat laktasi ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik. Sehingga banyak didapat adanya ibu yang meninggal atau bayi yang meninggal (INACG, 1979).
Terjadinya anemia gizi pada ibu hamil dapat berawal dari seorang ibu yang dilahirkan oleh ibu penderita anemia gizi, yang selama masa pertumbuhan hingga kehamilannya tidak mendapat sumber zat gizi yang cukup, maupun pelayanan kesehatan yang mungkin diperlukannya, sehingga dia selalu menderita anemia gizi. Alasan lain adalah adanya kehamilan yang berulang-ulang dan dalam selang waktu yang relatif singkat, sehingga cadangan zat besi ibu seakan –akan dikuras guna memenuhi kebutuhan janin atau akibat perdarahan pada waktu bersalin. Keadaan terakhir tersebut akan semakin parah apabila masih ditambah dengan adanya pantangan terhadap beberapa jenis makanan, terutama yang kaya akan zat besi selama kehamilan (WHO, 1968).

b. Pengaruh Anemia pada Kehamilan dan Janin

Pengaruh Anemia pada Kehamilan
a) Bahaya selama kehamilan
1. Dapat terjadi abortus
2. Persalinan prematuritas
3. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
4. Ketuban pecah dini (KPD)
5. Mudah terjadi infeksi dan sepsispuer peralis
6. Lemah dan anoreksia
7. Pendarahan
8. Pre eklamsi dan eklamsi

b) Bahaya saat persalinan
1. Gangguan his- kekuatan mengejang
2. Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
3. Kala kedua berlangsung lama hingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan
4. Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena atonea uteri
5. Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri

Pengaruh Anemia tehadap Janin
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan adanya anemia maka akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat adanya anemia pada ibu, maka dapat terjadi gangguan pada janin dalam bentuk:
a) Abortus
b) Terjadi kematian intrauterine
c) Persalinan prematuritas tinggi
d) Berat badan lahir rendah
e) Kelahiran dengan anemia
f) Dapat terjadi cacat bawaan
g) Bayi mudah terserang infeksi sampai kematian perinatal
h) Intelegensi rendah (cacat otak)
i) Kematian neonatal
j) Asfiksia intra partum
(Manuaba, 1998)

c. Nutrisi Ibu Hamil dan Pertumbuhan Janin

Pertumbuhan janin didalam kandungan merupakan hasil interaksi antara potensi genetik dan lingkungan intrauterine. Pada semua mamalia, perubahan anatomi dan fisiologi yang terjadi pada tubuh ibu selama kehamilan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pertumbuhan janin.
Pada umumnya, pada ibu – ibu yang hamil dengan kondisi kesehatan yang baik, dengan reproduksi yang normal, tidak sering menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra- hamil maupun pada saat hamil, akan menghasilkan bayi yang lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu – ibu yang kondisinya tidak seperti yang disebutkan diatas. Kurang gizi yang kronis pada masa kanak – kanak dengan atau tanpa sakit yang berulang-ulang, akan menyebabkan bentuk tubuh yang “stunting atau kuntet” pada masa dewasa. Ibu-ibu yang kondisinya seperti ini lebih sering melahirkan bayi BBLR yang mempunyai vitalitas rendah dan kematian yang tinggi, lebih-lebih apabila ibu tersebut juga menderita anemia. Terdapat hubungan antara bentuk tubuh ibu, sistem reproduksi, dan sosial ekonomi terhadap pertumbuhan janin. Selain yang disebutkan diatas tersebut, berat badan lahir (BBL) bayi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain selama kehamilan. Misalnya sakit berat, komplikasi kehamilan, kurang gizi, keadaan setres pada ibu hamil, dapat mempengruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa ibunya, atau juga pertumbuhan plasenta dan transport nutrisi ke janin (Soetjiningsih, 1995).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor resiko BBLR. Yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi factor ibu, janin, dan plasenta. Diantara faktor-faktor tersebut, masalah anemia defisiensi besi (ADB) selama kehamilan merupakan salah satu faktor resiko adanya indikasi kelahiran premature, BBLR, dan peningkatan kematian prenatal (Najoan, N.W, 2002).
Tambahan makanan untuk ibu hamil dapat diberiakn dengan cara meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas makanan ibu sehari-hari, bisa juga dengan memberikan tambahan formula khusus untuk ibu hamil atau menyusui. Adanya kenaikan volume darah akan meningkatkan kebutuhan zat besi (terbanyak) dan asam folat (lebih sedikit). Jumlah elemental Fe pada bayi baru lahir meningkatnya volume darah adalah 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. dengan perkataan lain kebutuhan Fe selama kehamilan kurang dari 1 gram, terutama dibutuhkan pada setengah akhir kehamilan. Pada diet yang adekuat kandungan Fe yang diperlukan sekitar 10 – 15 mg, dimana hanya sekitar 10 – 20 % yang diserap. Sehingga Fe pada diet hanya memenuhi sedikit kebutuhan Fe pada ibu hamil. Oleh karena itu di perlukan adanya penambahan suplemen Fe.
Untuk pertumbuhan janin yang memadai diperlukan zat-zta makanan yang adekuat, dimana peranan plasenta besar artinya dalam transfer makanan tersebut. Pertumbuhan janin yang paling pesat terjadi pada stadium akhir kehamilan, plasenta bukan sekedar organ untuk transport makanan yang sederhana, tetapi juga mampu menseleksi zat-zat makanan yang masuk dan proses lain atau resistensi sebelum mencapai janin. Suplai zat-zat makanan kejanin yang sedang tumbuh tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir ke plasenta dan zat-zat makanan yang diangkutnya. Efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan, mensintesis dan transport zat-zat makanan menentukan suplai makanan ke janin. Karbohidrat merupakan sumber utama bagi janin dan ini diperoleh secara kontinu dari transfer glukosa darah ibu melalui plasenta.
Pentingnya gizi pada ibu hamil telah diketahui sejak lama, dimana gizi ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu maupun bayinya. Diet ibu yang baik sebelum hamil maupun selama hamil akan memberikan dampak yang positif yaitu bayi yang lahir dengan berat badan cukup, sehat dan mortalitasnya rendah (Soetjiningsih, 1995).

d. Akibat Gizi Kurang pada Janin dan Bayi

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin, seperti infeksi selama dalam kandungan, kurang gizi ibu, penyakit ibu selama kehamilan, kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan serta kelainan pada saluran kencing. Di Negara-negara berkembang gizi kurang pada ibu dan infeksi dalam kandungan merupakan factor yang terpenting. Jika taraf konsumsi ibu selama kehamilan kurang dari 1800 kalori sehari, angka prevelensi lahir rendah akan lebih tinggi (WHO, 1979). Menurut badan kesehatan dunia (WHO) bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 g termasuk bayi dengan lahir rendah (Sterky & Mellander, 1978).
Prematuritas (belum cukup bulan) adalah kelahiran kandungan dibawah 37 minggu. adalah bayi dengan lahir rendah daripada yang seharusnya menurut usia kandungan. Belum ada statistik yang menggambarkan prevalensi berat badan bayi lahir rendah (BBLR) secara rasional di masing-masing negara. Berat bayi lahir juga di pengaruhi oleh tinggi badan ibu, dengan kata lain ibu-ibu yang pertumbuhan dan perkembangannya sewaktu kanak-kanak terhambat oleh gizi kurang, efisiensi fisiologinya lebih rendah daripada ibu-ibu dengan cukup gizi sewaktu kecil (Hytten & Leith, 1971).
Menurut Arief Mansjoer (1999), pada BBLR sering ditemui adanya refleks menghisap / menelan lemah, bahkan kadang-kadang tidak ada, bayi cepat lelah, saat menyusu sering tersedak atau malas menghisap, dan lain-lain. Sehingga angka kesakitan dan kematiannya tinggi.

e. Peran Pelayanan Kesehatan

Faktor penyebab dari tingginya kematian ibu, bayi, dan anak ini tidak lain disebabkan karena belum memadainya pelayanan kesehatan masyarakat dan keadaan gizi. Diluar faktor pencetus lainnya yang memperkuat masalah ini seperti kemiskinan dan tingkat pendidikan.
Dari segi potensial, salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif untuk pencegahan kematian dan kesakitan ibu adalah pelayanan prenatal, khususnya ditempat yang status kesehatan umum wanitanya buruk. Pelayanan kesehatan prenatal mempunyai beberapa fungsi utama yaitu :
a. promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan
b. melakukan skrinning, identifikasi wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuknya jika perlu
c. memantau kesehatan selama kehamilan dalam usaha mendeteksi dan mencegah masalah yang terjadi
Pendidikan kesehatan selama pelayanan prenatal dapat diberikan secara individu dan informal atau sistematis dalam kelompok. Materi pendidikan mencakup topik umum seperti gizi dan perawatan selama kehamilan. Kesempatan itu harus digunakan untuk memberikan informasi pada wanita mengenai tanda yang berbahaya dalam kehamilan. Termasuk langkah yang harus diambil pada keadaan tersebut.
Pemantauan pelayanan prenatal yang penting adalah pencegahan, deteksi dan pengobatan anemia yang berperan penting dalam kesakitan dan kematian ibu. Walaupun demikian, pemeriksaan hemoglobin untuk deteksi anemia seringkali sangat tidak memuaskan. Kemungkinan ini terjadi karena pemeriksaan tidak dilakukan di puskesmas tempat pelayanan prenatal, tetapi justru pada rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan, atau kalaupun dapat, kemungkinan rumah sakit gagal untuk mengirimkan hasilnya ke puskesmas. Masalah yang berhubungan dengan prosedur seperti ini perlu diketahui dan diatasi agar pelayanan kesehatan prenatal dapat memerangi anemia secara efisien (Royston, 1994).
Merupakan aib bangsa Indonesia karena banyaknya bayi, anak balita dan ibu melahirkan yang meninggal karena gizi buruk yang seharusnya dapat dicegah apabila posyandu, polindes, puskesmas dapat berfungsi optimal dengan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu. Empat masalah gizi utama di Indonesia sebenarnya dapat ditangani dengan baik apabila puskesmas sebagai pusat pelayanan gizi dan kesehatan masyarakat dapat berjalan optimal dan didukung potensi sumber daya masyarakat.
Hasil analisis hubungan antara kemajuan pembangunan ekonomi dan status gizi anak balita selama 20 tahun terakhir ini menunjukkan bahwa walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup tinggi (5 – 7 %). Produksi pangannya cukup memadai bahkan mampu berswasembada. Tetapi anehnya prevelensi gizi kurang – gizi buruk masih tetap tinggi sekitar 30 % bahkan untuk anemia gizi besi untuk ibu hamil masih diatas 50 % dengan hasil bayi yang dilahirkan mencapai 2 % sampai 17 % (Depkes, 1993). Oleh karena itu distribusi tablet zat besi dan penyuluhan manfaat zat besi untuk ibu hamil terus ditingkatkan.
Tujuan pemberdayaan kader posyandu adalah meningkatkan kemampuan dan kinerja kader posyandu sehingga mampu mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak. Revitalisasi posyandu diutamakan pada posyandu yang sudah tidak aktif atau rendah stratanya, dan posyandu yang berada di daerah yang sebagian besar penduduknya tergolong miskin. Adanya dukungan materi dan non materi dari tokoh masyarakat setempat baik pimpinan formal maupun informal dalam menunjang pelaksanaan kegiatan posyandu. Revitalisasi posyandu terdiri dari paket minimal dan paket pilihan. Sampai saat ini masih ada paket minimal yang berupa perbaikan gizi, misalnya pemantauan status gizi, PMT pemulihan untuk gizi buruk, MP – ASI, dan penyuluhan gizi. Paket minimal ini juga melayani kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), imunisasi anak balita maupun ibu hamil, penanggulangan penyakit diare (oralit) (Anonymous, 2004).

f. Hipotesa

Berdasarkan tujuan penelitian dan kerangka pemikiran diatas, maka untuk tujuan penelitian pertama yang berkaitan dengan besarnya rata – rata ibu hamil penderita anemia dan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) tidak dibuat hipotesa penelitian, akan tetapi dijelaskan secara deskriptif. Sedangkan untuk tujuan penelitian kedua dibuat hipotesa penelitian ini sebagai berikut : Terdapat adanya pengaruh ibu hamil penderita anemia terhadap bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum daerah Lumajang.

H. Metode Pelaksanaan Program

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk membuat pencatatan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi (Rofieq, 2001). Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengemukakan fakta-fakta atau fenomena-fenomena yang terjadi mengenai adanya pengaruh ibu hamil penderita anemia terhadap bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum daerah Lumajang.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan kesembilan sampai dengan bulan kesebelas di tahun 2007 yang bertempat di Rumah Sakit Umum Daerah Lumajang.

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruan dari obyek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu hamil yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Daerah Lumajang selama periode bulan pertama sampai dengan bulan ke duabelas di tahun 2006.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti dan diambil dengan cara atau tehnik tertentu yang dijadikan sebagai obyek yang sebenarnya dalam suatu penelitian (Rofieq, 2001). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil penderita anemia yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Daerah Lumajang selama periode bulan pertama sampai dengan bulan ke duabelas di tahun 2006.

4. Variabel Penelitian

penelitian ini dirancang sebagai suatu penelitian deskriptif untuk menguji hipotesa yang diajukan, maka dalam penelitian ini terdapat variabel bebas (independent) yaitu ibu hamil yang penderita anemia yang melahirkan di Rumah Sakit Umujm Dr. Haryoto Lumajang. Ibu hamil penderita anemia disini dapat berupa ibu hamil penderita anemia karena faktor dari keturunan atau bawaan dan faktor pada saat hamil kekurangan darah (kekurangan konsumsi zat besi).dan variabel terikat (dependent) yaitu berat badan bayi yang lahir di Rumah Sakit Daerah Lumajang. Berat badan bayi yang lahir disini adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) menurut ketentuan dari WHO yaitu kurang dari 2500 gram yang terdapat beberapa faktor penyebab, diantaranya adalah ibu hamil penderita anemia yang melahirkan seorang bayi.

5. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh melalui observasi yang dilakukan dengan wawancara kepada dokter atau staf rumah sakit yang berhubungan dengan permasalahan ini sebagai instrumennya. Sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui observasi pada dokumen-dokumen lembaga yang terkait dengan permasalahan ini pula. Dalam hal ini yaitu Rumah Sakit Umum daerah Lumajang.

6. Analisa Data

a. Tabel frekwensi. Analisa ini digunakan untuk mengetahui prosentase masing-masing alat penilaian banyaknya penderita selama periode bulan pertama sampai dengan bulan ke duabelas di RS Dr. Haryoto Lumajang. Alat penilaian banyaknya penderita meliputi ibu hamil penderita anemia (X) dan bayi berat badan lahir rendah (Y).
b. Dalam menganalisa metode yang digunakan adalah regresi linear sederhana. Yaitu terdapat adanya dua macam variabel. Karena dalam penelitian ini untuk mencari adanya pengaruh ibu hamil penderita anemia terhadap bayi berat badan lahir rendah (BBLR).
1. Rancangan analisa data, yang dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistika yaitu :
o Rata-rata (mean)

o Standart deviations

o Ukuran variabilitas

Keterangan :
merupakan notasi dari penjumlahan data
= rata-rata sampel
= rata-rata populasi
n = jumlah sampel yang diteliti
N = jumlah populasi yang diteliti
S = standart deviations
MD = ukuran variabilitas
2. Uji hipotesa, model yang dapat digunakan dalam menganalisis analisa regresi adalah :
Y = bo + b1x + E
Keterangan : Y : variabel terikat
bo : koefisien
b1x: variabel bebas
Dengan hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : b1 0
H1 : b1 0
H0 yaitu tidak terdapat hubungan linier antara variabel bebas dan variabel terikat
H1 yaitu terdapat hubungan linier antara variabel bebas dan variabel terikat

Kemudian melakukan uji F. uji ini digunakan untuk melihat signifikan pengaruh variabel X terhadap Y secara bersama-sama dan melakukan uji t untuk mengetahui signifikan pengaruh masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Taraf signifikan ini diklasifikasikan berdasarkan taraf kesalahan sebagai berikut :
a. SS = sangat signifikan pada taraf kesalahan ( P 0,05 )
Dalam mengoperasionalkan rumus-rumus diatas digunakan soft ware SPSS 10.01 For Windows.

I. Jadwal Kegiatan Penelitian

No
Jenis kegiatan Bulan Ke – 1 Bulan Ke – 2 Bulan Ke – 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap persiapan
a. pembuatan ijin penelitian di RSU Lumajang
b. menyusun proposal penelititian
c. melekukan observasi di RSU Lumajang
v

v

v

v

v

v

2. Tahap pelaksanaan
a. melakukan wawancara
b. pengumpulan data

v
v

v

v
3. Tahap penulisan
a. penulisan hasil penelitian
b. pengumpulan hasil penulisan

v
v
v

v

J. Nama dan Biodata Ketua Serta Anggota Kelompok :
1. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Welly Andri Puspyantoro
b. NIM : 06.330.054
c. Fakultas / Program Studi : KIP / Pendidikan Biologi
d. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
e. Waktu untuk Kegiatan PKM : 12 Jam / minggu

2. Anggota Pelaksana 1
a. Nama Lengkap : Benni Bakhtiar
b. NIM : 06.330.091
c. Fakultas / Program Studi : KIP / Pendidikan Biologi
d. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
e. Waktu untuk Kegiatan PKM : 12 Jam / minggu

3. Anggota Pelaksana 2
a. Nama Lengkap : Abdul Hafid
b. NIM : 06.330.055
c. Fakultas / Program Studi : KIP / Pendidikan Biologi
d. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
e. Waktu untuk Kegiatan PKM : 12 Jam /minggu
4. Anggota Pelaksana 3
a. Nama Lengkap : Retno Suryani
b. NIM : 07330064
c. Fakultas / Program Studi : KIP / Pendidikan Biologi
d. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
e. Waktu untuk Kegiatan PKM : 12 Jam /minggu

K. Nama dan Biodata Dosen Pendamping :

Nama Lengkap dan gelar : DR.H.Moch.Agus Krisno B,M.Kes.
Golongan Pangkat dan NIP : III/d, Penata Tk I, 104.8909.0118
Jabatan Fungsional : Lektor
Jabatan Struktural : -
Fakultas / Program Studi : FKIP/Pendidikan Biologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Bidang Keahlian : Biologi
Waktu Untuk Kegiatan PKM : 8 jam /minggu

L. Rencana Biaya

No Item Pengeluaran Jumlah
1. Biaya perjalanan
a. Transportasi PP 4 orang x @ 60.000.00
b. Temu wicara 3 kali
c. Akomodasi dan Konsumsi
Rp. 400.000,00

Rp. 300.000,00
Rp. 400.000,00
2. Peralatan penunjang
a. Sewa komputer 3 bulan
b. Dokumentasi
Rp. 300.000,00
RP. 300.000,00
3. Pengeluaran Biaya Lain-lain
a. Pembuatan Proposal
b. Laporan Penelitian
c. Transparansi
d. Foto Copy dan Penjilidan
e. Jurnal
f. Buku
g. Administrasi
Rp. 200.000,00
Rp. 200.000,00
Rp. 150.000,00
Rp. 200.000,00
Rp. 250.000,00
Rp. 150.000,00
Rp. 222.500,00
Total Biaya Rp. 3.072.500,00

M. Daftar Pustaka

Aebi, H. and R. G. Whitehead. (eds). 1980. Maternal Nutrition During Pregnancy and Lactation. Nestle foundation Publication Series No. 1, Hans Huber Publ : Bern

Anonymous. 1984. Obstetri Patologi Kehamilan. Elstar Offset : Bandung

Anonymous. 2004. Revitalisasi “ POSYANDU “ dalam Pembangunan Gizi dan Kesehatan Masyarakat. IPB : Bogor

Ariawan. 2001. 80 % Ibu Hamil Menderita Anemia. Suara Merdeka. Semarang

Depkes, RI. 1993. Pedoman Pemantauan Kesehatan Ibu dan Anak. Direktorat Bina Kesehatan Keluarga : Jakarta

Djumadias. A.N. Muhilai, Darwin Karyadi dan Lg, Tarwotjo. 1979. Kecukupan Kalori, Protein dan Zat Gizi yang dianjurkan untuk Indonesia. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. LIPI : Bogor

Gould JB. 1986. The Low Birth Weight In Fant, In Falkner F and Tanner JM : Human Growth : A Comprehensive Treatise, 1 st Ed, Plenum Press

Hytten, F. E. and I Leitch.1979. The Physiology Of Human Pregnancy. Edisi Kedua. Blackwell Scientific Publ : Oxford

Intern. Nurt. An. Consultative Group (INACG). 1979. Iron In Fancy and Chilhood. Nutrition Foundation, New York

Iskandar, B. Melwita, dkk. 1996. Mengungkap Misteri Kematian Ibu di Jawa Barat : Penelusuran Kembali Atas Saksi-saksi Hidup (Determinan Ibu dan Bayi di Jawa Barat). Jakarta : Pusat Penelitian Kesehatan, Lembaga Penelitian Universitas Indonesia

Kardjati, Sri, Kusin, J. A. “ East Java Pregnancy Study 1981 – 1985 “

Mansjoer, Arief, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : Jakarta

Manuaba, Prof. Dr. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta

Najoan. N.W, Sugiarti. W. 2002. Hubungan Serum Feritin Ibu Hamil Trisemester Ke Tiga dengan Bayi Berat Lahir Rendah. FK Universitas Samratulangi : Manado

Rofieq, Ainur. 2001. Pengantar Metode Penelitian. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang

Royston, Erica. 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Bina Rupa Aksara : Jakarta

Setyowati. 2003. “ Komplikasi Anemia Sering Tak Terduga “. Sriwijaya Post

Soetjiningsih, dr. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

_____________. 1997. ASI : Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. EGC. Jakarta

Sterky, G and L. Mellanders. 1978. Birth Weight Distribution and Indicator Of Socio Ekonomic Development. Report From a SAREC / WHO Workshop No. R 2, Uppsala

United Nation. 1973. Determinants and Consequens Of Population Of Economic and Social Affair. Population Trends, vol 1. Population Studies Series No. 50 St/ SOA/ Ser.A/ 50. New York

WHO. 1968. Nutritional Anemia. WHO Techn. Rep. Series No. 405. Ganeva

WHO Region Office For The Western Pasific. 1979. The Health Aspects Of Food and Nutrition. Edisi ketiga : Manila

PROPOSAL BBLR

P E N D A H U L U A N

  1. Latar Belakang

Bayi lahir dengan berat lahir renndah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Anonim, 2006).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005).

Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal di negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari dua per tiga kematian adalah BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang (Hadi, 2001).

Data epidemiologi di Inggris dan berbagai Negara maju lainnya memperlihatkan, setelah menjadi dewasa bayi dengan berat ringan untuk masa kehamilannya akan lebih mudah terkena penyakit kronis seperti Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 maupun penyakit kordiovaskuler (PKV) (Sayogo, 2003).

Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi BBLR pada tahun 2009 berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa Tengah), sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara 0,54% (NAD) dan 6,90% (Sumatra Utara). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya (Profil Kesehatan RI, 2004).

Secara umum Indonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir rendah (BBLR) yang diperoleh berdasarkan survai nasional. Proporsi BBLR ditentukan berdasarkan estimasi yang sifatnya sangat kasar, yaitu berkisar antara 7 – 14% selama periode 1999 – 2000. Jika proporsi ibu hamil adalah 2,5% dari total penduduk maka setiap tahun diperkirakan 355.000 – 710.000 dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR (Depkes RI, 2001).

Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi. Angka kematian bayi di Indoesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang indah karena masih terbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negara –negara di bagian ASEAN. pennyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27% disebabkan karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7 – 14% yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi (Depkes RI, 2005).

Proporsi BBLR dapat diketahui berdasarkan estimasi dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Pada tahun 1992 – 1997 yaitu secara nasional proporsi bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu 7,7% untuk perkotaan 6,6%, dan untuk pedesaan 8,4. Dan pada tahun 2002 – 2003 angka proporsi BBLR tidak mengalami penurunan yaitu sekitar 7,6% (Profil Kesehatan Propinsi Sulsel, 2005).

Hasil penelitian Rumah Sakit maupun Puskesmas menyatakan bahwa pada tahun 1999 tercatat kejadian BBLR sebesar 3,27% dari 25.422 bayi lahir hidup. Data di wilayah Puskesmas pada tahun 2000 menggambarkan bahwa bayi lahir hidup <2500>

BBLR bervariasi menurut propinsi dengan rentang 2,0% - 15,1% terendah di propinsi Sumatra Utara dan tertinggi di Sulawesi Selatan, tercatat bahwa jumlah bayi dengan BBLR sebanyak 1.554 (1,2% dari total bayi lahir) dan yang tertangani sebanyak 1.178 orang (75,8%), dengan kasus tertinggi terjadi di Kota Makassar yaitu 355 kasus (2,63%) dari 13.486 bayi lahir hidup dan yang terendah di Kabupaten Pangkep hanya 3 kasus (Profil Kesehatan Propinsi Sulsel,2005).

Rumah Sakit Al-Fatah adalah salah satu UPT Dinas Kesehatan Propinsi Maluku yang keberadaannya dilandasi dengan keputusan Gubernur Maluku No.5 tahun 1999. Adapun alasan memilih RS Al-Fatah karena Rumah Sakit tersebut melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak, merupakan salah satu Rumah Sakit rujukan untuk kasus – kasus obstetric dan angka kejadian BBLR dalam beberapa tahun ini masih tinggi. Berdasarkan laporan tahunan kegiatan pelayanan RS Al-Fatah, angka prevalensi dari tahun 2004 – 2006 cukup tinggi yaitu 9,05% pada tahun 2004, meningkat pada tahun 2005 sebesar 7,79% dan pada tahun 2006 prevalensi BBLR adalah 7,15%. Dari data tersebut terlihat bahwa selama kurun waktu tiga tahun memperlihatkan adanya masalah BBLR di Rumah Sakit Al-Fatah.

Berdasarkan data yang didapatkan di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon yakni pada tahun 2003 ada 64 (10,30%) kasus BBLR dari 621 bayi lahir hidup, tahun 2004 ada 51 (9,05%) kasus BBLR dari 563 bayi lahir hidup, dan pada tahun 2005 ada 65 (7,79%) dari 834 bayi lahir hidup yang menderita BBLR. Sedangkan pada tahun 2006 ada 46 (7,15%) kasus BBLRdari 643 bayi lahir hidup.

Melihat masih tingginya kejadian bayi berat lahir rendah di Maluku termasuk kota Ambon Khususnya di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon, maka peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit al-Fatah Ambon untuk periode januari – desember tahun 2006.

  1. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat diberikan rumusan masalahnya sebagai berikut :

  1. Apakah umur ibu menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?

  2. Apakah jarak kehamilan menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?

  3. Apakah paritas ibu menjadi faktor risko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?

  4. Apakah kadar Hb menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?

  5. Apakah pemeriksaan kehamilan/ANC menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?

  1. Tujuan penelitian

  1. Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di RS Al-Fatah Ambon periode januari – desember tahun 2006.

  1. Tujuan khusus

  1. Untuk mengetahui umur ibu sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006.

  2. Untuk mengetahui jarak kehamilan sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006.

  3. Untuk mengetahui paritas ibu sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006.

  4. Untuk mengetahui kadar Hb sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006

  5. Untuk mengetahui pemeriksaan kehamilan/ANC sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-fatah Ambon tahun 2006.

  1. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang dapat menambah wawasan khususnya mengenai faktor penyebab kejadian bayi beral lahir rendah (BBLR).

  1. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi segenap penentu kebijakan dan instansi terkait untuk memprioritaskan program kesehatan dalam upaya menurunkan angka kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).



TINJAUAN PUSTAKA


  1. Tinjauan umum tentang bayi berat lahir rendah

  1. Pengertian bayi dengan berat badan lahir rendah

  2. Karakteristik bayi berat lahir rendah

  3. Upaya mencegah terjadinya persalinan prematuritas atau bayi dengan berat badan lahir rendah.

  1. Tinjauan umum tentang umur ibu

  2. Tinjauan Umum Tentang Jarak Kelahiran

  3. Tinjauan umum tentang paritas ibu

E. Tinjauan Umum Tentang Kadar HB Ibu

  1. Tinjauan umum tentang pemeriksaan kehamilan/ANC


KERANGKA KONGSEP

  1. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti

  1. Umur ibu

Umur ibu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian bayi dengan berat lahir rendah, dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada usia dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 - 30 tahun (Hasan dkk, 2000).

  1. Jarak kelahiran

  1. Paritas ibu

d. Kadar HB

  1. Pemeriksaan kehamilan/ANC

  1. Pola Variabel Yang Diteliti

  2. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

  1. Berat badan lahir

  2. Umur ibu

  3. Jarak kelahiran

  4. Paritas ibu

  5. Kadar Hb Ibu

  6. Pemeriksaan kehamilan/ANC



METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional denga pendekatan case control study, dengan maksud untuk melihat apakah umur ibu, jarak kehamilan, paritas, kadar HB dan pemeriksaan kehamilan/ANC merupakan faktor resiko kejadian bayi berat lahir rendah.

B. Lokasi penelitian

Adapun lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Al-Fatah Kota Ambon, propinsi Maluku

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Semua bayi yang dilahirkan hidup yang yang tercatat dalam rekam medik antara bulan januari sampai desember tahun 2006 dengan jumlah 643 bayi di Rumah Sakit Al-Fatah Kota Ambon.

2. Sampel

a. Kasus : Semua bayi yang lahir dengan berat badan rendah di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon periode januari sampai desember tahun 2006.

b. Kontrol : Semua bayi yang lahir hidup di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon periode januari sampai desember tahun 2006.

3. Besarnya sampel

Jumlah sample pada kelompok kasus sebanyak 46 orang yang terkena BBLR di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon. Dan jumlah sample pada kelompok control sebanyak 92 orang yang tidak terkena BBLR, sehingga perbandingan antara kelompok kasus dan kelompok control yaitu 1 : 2 jadi total sample adalah sebanyak 138 orang.

4. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sample dlakukan secara purposive sampling. Dengan criteria sample yang memiliki data yang lengkap, yang sesuai dengan variabel penelitian. Yang meliputi umur ibu, jarak kehamilan, paritas, kadar HB dan pemeriksaan kehamilan/ANC. Dengan cara mula-mula diambil sampel kasus, kemudian dipilih seperti kriteria seperti variable yang diteliti. Setelah itu di ambil sample control yang juga mempunyai kriteria yang sama.

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diolah dari rekam medik di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon, propinsi maluku tahun 2006.

E. Pengolahan dan Penyajian Data

Data diolah dengan menggunakan bantuan elektronik berupa computer dengan metode sebagai berikut : membuat variable, input data, pengolahan data, dan disajikan dalam bentuk tabel dan penjelasan.

F. Analisis Data

Untuk menguji hipotesis nol (Ho) dengan analisis bivariat (oods Ratio) dengan menggunakan tabel 2 X 2

Interpretasi nilai OR dengan menggunakan interval kepercayaan 95% yakni :

OR <>

OR = 1, bukan factor risiko

OR > 1, berarti variable tersebut adalah factor risiko

Hubungan dikatakan bermakna apabila nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup nilai 1.

Lower limit = OR x e ˉ­­

Upper limit = OR x eˉ

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    1. Analisis Faktor Risiko Paritas Terhadap Kejadian BBLR

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar ibu yang melaksanakan persalinan dengan paritas rendah minimal 3 anak (79,7%) yang menunjukkan bahwa ibu telah menerapkan normal keluarga kecil bahagia dan sejahtera sebagai salah satu bentuk program pembangunan kesehatan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi adalah berhubungan dengan kejadian BBLR.

Sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan paritas tinggi yang merupakan kelompok berisiko tinggi secara merata terdistribusi pada kelompok kasus dan kontrol (50%) yang memberi interpretasi bahwa paritas yang tinggi tidak mempengaruhi kesehatan ibu sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir yang cenderung normal.

Pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko penyebab kejadian BBLR pada bayi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujian statistik yang diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,438 sehingga dapat dikatakan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak berisiko 2 kali terhadap melahirkan bayi dengan BBLR.

    1. Analisis Faktor Risiko Jarak Kelahiran Terhadap Kejadian BBLR

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar ibu telah memiliki jarak antara kelahiran pada kategori renggang dan merupakan kelompok dengan risiko rendah (61,6%). Jarak kelahiran renggang pada penelitian ini jika rentang waktu antara satu kelahiran dengan kelahiran berikutnya minimal 2 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan jarak kelahiran yang rapat lebih banyak dengan kelahiran bayi dengan berat lahir yang tidak tergolong BBLR (54,7%) namun jika ditinjau dari angka pencapai tersebut masih relatif rendah yang memberi indikasi bahwa kejadian BBLR sendiri masih cenderung tinggi yang disebabkan karena jarak kelahiran yang terlalu dekat.

Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,370 sehingga dapat dikatakan bahwa jarak kelahiran merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang memiliki jarak kelahiran <>

    1. Analisis Faktor Risiko Kadar Haemoglobin Terhadap Kejadian BBLR

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak dari ibu yang memiliki kadar haemoglobin yang berisiko (55,1%) dengan kadar haemoglobin dalam darah kurang 11 g/dl.. Kadar Hb yang normal pada penelitian ini adalah jika hasil pemeriksaan laboratorium darah ibu menunjukkan kadar ≥ 11 g/dl pada manusia normal.

Dampak kesehatan yang dapat dijadikan dasar dari pengaruh kejadian anemia pada ibu hamil salah satunya adalah kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan kadar Hb kurang (mengalami anemia) lebih banyak yang melahirkan bayi tidak dengan BBLR (59,2%) yang memberi interpretasi bahwa kadar Hb tidak memberi pengaruh terhadap kejadian BBLR.

Namun jika dengan meninjau ibu dengan kadar haemoglobin yang tidak berisiko dengan kadar Hb 11 g/dl keatas lebih banyak tidak mengalami kelahiran bayi dengan BBLR dan menunjukkan peningkatan yang berarti (70,9%). Hal ini memberi indikasi bahwa semakin baiknya kadar Hb dalam darah merupakan wujud nyata terhadap status kesehatan ibu yang optimal dan sekaligus sebagai unsur penunjang dalam pelaksanaan proses persalinan.

Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,159 sehingga dapat dikatakan bahwa kadar haemoglobin merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang memiliki kadar haemoglobin <>

    1. Analisis Faktor Risiko Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) Terhadap Kejadian BBLR

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak dari ibu yang kurang memanfaatkan pemeriksaan pada masa kehamilan dan merupakan kelompok berisiko (51,4%). Pemeriksaan kehamilan yang lengkap dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jika ibu telah melaksanakan pemeriksaan antenatal secara lengkap dan teratur mulai dari pemeriksaan kala 1 (KI) sampai kala 4 (Kala IV). Jadi frekuensi kunjungan ibu ke pelayanan kesehatan pada masa kehamilan harus dilaksanaka minimal 4 kali.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan banyaknya pemeriksaan kehamilan yang kurang lengkap yang merupakan kelompok berisiko lebih banyak yang melahirkan bayi tidak dengan BBLR (50,7%) yang memberi indikasi bahwa pelayanan antenatal tidak memberi pengaruh terhadap status kesehatan bayi. Hal ini memberi gambaran akan adanya pengaruh dari faktor lain yang dapat berhubungan dengan penciptaan status gizi ibu yang optimal sehingga juga akan mendukung status kesehatan dan status gizi bayi yang dikandung dan lahir dengan tidak BBLR.

Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 4,949 sehingga dapat dikatakan bahwa pemeriksaan kehamilan secara lengkap sebagai wujud pemanfaatan pelayanan antenatal care (ANC) merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang tidak melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara lengkap berisiko 5 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR.

Sedangkan dengan meninjau nilai Confidence Interval (CI) yang tidak mencakup nilai 1 (2,232 – 10,976) maka risiko yang ditimbulkan dikatakan bermakna, Ho ditolak. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa ibu yang kurang memanfaatkan pemeriksaan kehamilan dengan frekuensi kunjungan ke pelayanan ANC yang tidak secara lengkap memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian BBLR pada bayi dan memiliki peluang untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah <>



KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan

    1. Paritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan paritas lebih dari 3 anak berrisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR

    2. Jarak kelahiran merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan jarak antara kelahiran <>

    3. Kadar Haemoglobin merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan kadar haemoglobin dalam darah yang kurang dari 11 g/dl berrisiko 2,2 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR

    4. Pemanfaatan pelayanan ANC merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu yang kurang memanfaatkan pelayanan ANC dengan frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan yang tidak lengkap minimal 4 kali berrisiko 5 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR

  1. Saran

    1. Perlunya peningkatan pembinaan kepada masyarakat tentang norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga yang tidak hanya melibatkan ibu namun dengan adanya dukungan dari suami sehingga perwujudan masyarakat sehat dapat dicapai secara optimal.

    2. Perlunya pemberian informasi secara aktual kepada ibu dan suami untuk mengatur jarak kelahiran dalam rangka mencegah timbulnya berbagai dampak kesehatan pada masa kehamilan dan persalinan.

    3. Perlunya pula peningkatan kesadaran dari ibu tentang pentingnya pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khususnya pemeriksaan pada masa kehamilan yang dilakukan secara lengkap melalui pemberian informasi akan pentingnya pemeriksaan kehamilan dalam rangka kontrol kesehatan ibu dan bayi pada masa kehamilan

    4. Adanya pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat pada ibu khususnya pada masa kehamilan dengan penerapan pola makan teratur dan seimbang sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi yang dikandungnya yang juga merupakan unsur pendukung pencapaian status kesehatan yang optimal baik ibu maupun bayi yang dikandungnya.